Unso
Alkisah hiduplah sepasang suami
istri (Koko dan Upe) yang dikaruniai seorang putri. Karena lahir premature mau
tidak mau bayi putri itu ditidurkan di baby lab (ruangan khusus bayi). Tiba
suatu ketika kakak dari bayi itu (Umyo) memasuki baby lab dan upsss,,,, tidak
sengaja dia menjatuhkan papan identitas 2 keranjang bayi di depannya. Dengan
lugu kakak berusia 2 tahun itu tak memperdulikannya. Kemudian datanglah suster dan menempelkan
kembali papan identitas itu. Dan….. tertukar sudahlah kedua bayi itu.
Koko dan Upe pulang membawa bayi
milik orang lain (Shallow) dan memberi nama bayinya dengan nama Unso. Shallow
memberi nama bayinya dengan Sherly.
Saat pendidikan dasar, kedua anak
mereka masing-masing tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik. Unso dibesarkan
dari keluarga kaya raya yang penuh kasih sayang sedangkan Sherly dibesarkan
dari kemelaratan yang setiap hari penuh dengan kekerasan. Unso tumbuh menjadi
gadis kecil yang baik sedangkan Sherly
sebaliknya. Kakak Unso (Umyo)
sangat menyayangi adiknya. Berangkat dan pulang sekolah selalu bersama.
Pasangan kecil yang mesra sekali. Seakan-akan mereka tahu bahwa mereka
berjodoh.
Menjelang akhir pendidikan dasar
Umyo, keluarga mereka sudah berencana untuk hijrah ke Eropa. Bersamaan saat itu
Unso mengalami kecelakaan yang harus ditransfer darah. Ketika orang tuanya
hendak mendonorkan, tidak satupun darah mereka yang cocok. Kemudian orang tua
Unso panik dan menduga bahwa Unso bukan anaknya. Investigasi pun dilakukannya.
Alhasil Unso memang bukan anak kandung mereka. Naas,, kejadian itu diketahui
oleh Umyo. Umyo sangat sedih. Koko dan Upe akhirnya menemukan anak kandungnya
yang diasuh oleh orang tua kandung Unso yaitu Sherly.
Tak kuat lagi menahan beban.
Berita itu diketahui oleh semua pihak. Sherly seketika itu senaaaang sekali
bahwa ternyata dia anak orang kaya. Dan Unso sangaaaat sedih. Dia ternyata
bukan bagian dari keluarga yang harmonis. Kemudian Unso mengambil 4 gelas
keharmonisan keluarganya. Dia mengambil gelas yang bergambar dirinya untuk
menjauhi 3 gelas itu sambil menciumnya satu persatu. “Selamat tinggal mamy,,
dedy,, Umyo,,, “
Kini Unso tinggal di
keluarga miskin yang penuh kekerasan. Sedangkan Sherly semakin angkuh dan
tinggi hati. Tiba kelulusan sekolah Umyo, sesuai dengan rencana bahwa keluarganya
akan hijrah ke Eropa. Umyo dan keluarganya berpamitan dengan Unso. Unso sangat
amat sedih. Namun inilah hidup, dia harus menerima kenyataan hidup bahwa dia
adalah anak orang miskin.
Seusai lulus sarjana, Umyo pulang
ke negeri kelahirannya dan mencoba untuk bertemu dengan Unso. Mereka sama-sama
masih sendiri. Unso selalu merindukan Umyo., Begitupun Umyo, selalu merindukan
Unso. Jodoh pasti bertemu. Sekian lama Umyo mencari, akhirnya dia bertemu Unso.
Unso sendiri yang memeluk Umyo dari belakang ketika tahu bahwa orang tersebut
adalah kakaknya dulu, Umyo. Merasakan pelukan itu, Umyo segera menebak bahwa
itu adalah Unso. Dannnnnn benar sekali bahwa itu adalah Unso adiknya dulu.
Mereka berpelukan melepas rasa rindui bertahun2.
Semakin lama mereka semakin dekat,
tapi masing-masing dari mereka sudah dijodohkan dengan orang yang tidak mereka
cintai. Umyo dan Unso terjebak dalam api cinta. Mereka tidak semudah itu
menyatukan cintanya. Selalu saja masalah menerpa. Unso adalah gadis yang sangat
baik walaupun keluarganya penuh dengan kekerasan. Suatu ketika Unso jatuh
pingsan dan ketika diperiksakan, Unso menderita penyakit kanker yang tervonis
bahwa hidupnya tidak lama lagi. Hal itu ditutupi oleh Unso.
Tapi namanya bau, lama kelamaan
tercium juga. Semua orang sudah tahu kalau Unso menderita penyakit kanker. Umyo
yang mendengar berita itu sanagt amat sedih. Dulu waktu kecil dia mengalami
kesedihan yang mendalam akan berpisah dengan Unso. Dan sekarang disaaat besar,
mereka juga akan dipisahkan. Rasanya tidak mungkin, Umyo pun menjerit.
Dalam diam mereka menikah, mengingat sebentar lagi Unso
akan mati. Hari-hari terakhir Unso selalu ditemani dengan Umyo. Wajah Unso
pucat pasi seakan-akan ruh sudah tidak betah melekat pada tubuh Unso.
Di hari terakhir Unso, Unso meminta
Umyo untuk menggendongnya. Sambil menangis, Umyopun menggendongnya. Selepas itu
lepaslah tangan Unso yang merangkul erat pada leher Umyo. Umyopun menjerit
,”tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak. Unsoooooooooooooooooooooooooooo”. Aku tidak ingin
kehilanganmu. Aku akan menyusulmu.”
Hari setelah itu Umyopun berdiri di tengah jalan dan bersiap untuk ditabrak
mobil di depannya. Dan, naaaaaaaaaaaaaas. Akhirnya Umyo meninggal dunia. Mereka
berdua dimakamkan bersebelahan.