Blog ini dibuat dalam rangka mengikuti kompetisi menulis cerpen
"Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan".
#Safety-First diselenggarakan oleh Yayasan Astra Honda Motor dan nulisbuku.com
SAFETY FIRST 3K
Ketika
lepas idul fitri, semua manusia kembali kepada rutinitasnya, yang mudik kembali
balik, yang galau menjadi super galau. “Lho, kok bisa?” Iya, itu bagi mereka
yang tidak memiliki pekerjaan alias pengangguran. Ketika itu, Lusi yang baru
lulus SMA merasa bahwa dia membutuhkan pekerjaan. Pas kebetulan kakaknya yang
bernama Gio bekerja di Jakarta mau balik bekerja. Lusi memohon sekali kepada
ortunya untuk direstui pergi bersama kakaknya. Akhirnya Lusi diijinkan, mereka
berdua pergi boncengan sepeda motor dari Jogja ke Jakarta.
Berlagak
seperti pembalap, Lusi yang setia dengan hijabnya mengenakan atribut lengkap. Helm,
sarung tangan, masker, kacamata, kaos kaki, jaket dan celana tebal. Lengkap
sudah tiada yang kelihatan dari tubuhnya sedikitpun.
“Ya
ampun Lusi, nanti kamu tidak bisa bernafas nak.” Sergap ibunya.
“Bisa
lah bu, ini itu agar aku sebagai pembonceng aman. Kalau misal ada apa-apa di
jalan, kan pakaian tebalku ini cukup melindungi.” Jawab Lusi.
“Hus…
Kamu itu bicara yang baik! Ibu selalu berdoa agar kamu selamat di jalan dan
kamu juga harus hati-hati, hampir setiap hari terjadi kecelakaan, kamu dengar
sendiri kan di berita-berita. Ibu tidak mau hal itu terjadi terhadap anak-anak
kesayangan ibu.” Pinta ibunya khawatir.
“Siap
ibu sayang, aku sudah menyiapkan tips tertib, aman, dan selamat bersepeda motor
yaitu SAFETY FIRST 3K.” Jawab Lusi.
Dengan
penuh rasa percaya diri Lusi menghampiri kakaknya. “Lho, kakak kok santai
banget, Jogja Jakarta itu jauh, ingat! SAFETY FIRST 3K.”
“Dari
tadi ngomong itu terus, memang apa?” Tanya Gio.
“Kesehatan,
Keselamatan, dan Konsentrasi berkendara.” Jawab Lusi mantap. Lusi menjelaskan
panjang lebar kepada kakaknya, tetapi hal ini diremehkan oleh Gio.
“Kamu
itu rempong, aku biasa seperti ini, bolak balik Jogja Jakarta juga aman-aman
saja. Yang penting itu surat-suratku lengkap, sim, stnk, dan helm. Itu kan yang
dicari polisi ketika razia.” Jawab Gio.
“Itu
syarat selamat dari razia kak, tapi tidak syarat selamat dari bahaya di jalan”.
“Halah kamu pake gitu juga niatnya biar ga item, iya kan?”. “Hee,,, iya itu
salah satunya.” Jawab Lusi nyengir.
Akhirnya
Lusi sampai di kota Jakarta. Dia kagum sekali melihat keindahan, kemewahan, dan
keramaian di kota. “Inikah Jakarta kak? Waw… It’s magic… Keren!!! Itu apa kak?? Itu…? itu…?” Tanya Lusi bertubi-tubi
kepada Gio.
Gio
merasa jengkel dan timbul emosi dalam dirinya. Seketika itu juga, dia hampir
menabrak truk di depannya. Untungnya, Gio dengan gesit mengerem motor hingga
motor oleng dan mereka berdua terjatuh, terseret, dan tertimpa motor. Lusi terbaring
di tengah jalan, mengaduh mencoba mencari perhatian orang agar dibangunkan
layaknya gadis manja. Dia melihat kondisi jalan yang ramai, beberapa kendaraan
terhenti olehnya. Tapi tidak ada satupun orang yang menolongnya.
“Begini
ya sifat orang kota… EGOIS.” Jerit Lusi dalam hati. “Owh kakak?” Lusi baru
teringat kakaknya”. Akhirnya Lusi
terbangun dengan mudahnya karena dia tidak tertimpa motor. Dia melihat kakaknya
merintih kesakitan, hendak bangun tapi susah karena tertimpa motor. Kemudian
Lusi berdiri mencoba untuk membangunkan kakaknya. Lusi mendirikan motor dan
mengajak kakaknya untuk beristirahat dulu di pinggir jalan. Dengan cepat Lusi
menuntun motornya ke pinggir jalan.
Lusi
hanya licet sedikit di bagian tempurung kaki kanan. Tapi kakaknya licet di
bagian seluruh kaki di bawah tempurungnya hingga mata kaki. Tergores memar tak
karuan. Lusipun ngiris melihatnya. Bagaimanapun juga itu adalah kakaknya.
Segera Lusi mengambil minum, memberikannya kepada kakaknya dan mengambil kain
untuk mengikatkannya di kaki kakaknya.
“Thank you Lusi.” Ucap Gio.
“You are welcome kak, kita istirahat di
sini dulu, nanti biar aku yang depan, kan kata kakak tinggal beberapa meter
saja sudah sampai di kontrakan. Kakak sih, kalau misalkan pakai celana panjang
kan tidak separah ini. Untung saja celanaku tebal, jadi cuma luka sedikit.
Kakak sih meremehkan motto SAFETY FIRST 3K.”
“Kakak
itu sebel sama adik yang banyak tanya, seharusnya adik harus tahu kalau kakak
sedang menguasai motor, apalagi jalan ramai seperti ini. Berarti adik juga
melanggar motto SAFETY FIRST 3K” Ucap
Gio.
“Yach,
berarti pembonceng juga harus pengertian ya? Maafkan aku kak, ini pertama kali
aku ke Jakarta, maklumlah kalau aku tersepona.” Eluh Lusi manja.
“Terpesona.”
Ucap Gio membenarkan.
“Hehe…
Iya… Terpesona. Ak janji lain kali tidak
mengajak ngobrol kakak lagi di jalan saat kakak berkendara.” Jawab Lusi.
“Nah
itu baru adik kakak yang pinter.” Ucap Gio sambil mengelus kepala Lusi.
Dua
hari berlalu, kondisi mereka lumayan baik. Gio kembali bekerja. Sebelum berangkat
dia pamitan kepada adiknya. “Sementara ini kamu di kontrakan dulu, jangan
kemana-mana sebelum kakak pulang. Ingat, Jakarta itu kota besar!”
“Iya
kak…” Jawab Lusi pelan.
Hari-haripun
berlalu, tetapi Lusi tidak sedikitpun bisa melihat keramaian Jakarta. Dia hanya
berdiam di kontrakan, makan, tidur, makan, tidur hingga diapun penat dengan
harinya. “Huft… Hidup di kota seperti di penjara. Nasib-nasib… Tidak ada teman…
Tidak ada kendaraan. Aku boriiiiiiing.” Teriak Lusi sampai terdengar oleh
pemilik kontrakan.
“Tok…
tok… tok…” Lusipun membuka pintu. “Eh Bu Dewi, ada apa bu?”
“Kamu
tidak kenapa-kenapa?” Tanya Ibu Dewi.
“Tidak
bu, saya tidak apa-apa. Cuma…”
“Cuma
apa?” potong Ibu Dewi.
“Cuma
bete di sini, saya tidak bisa kemana-mana.” Jawab Lusi.
Akhirnya
Lusi cerita apa yang terjadi kepada Ibu Dewi. Tampaknya Ibu Dewi baik hati mau
mendengar curahan hati Lusi.
“Begini
neng, di komplek seberang banyak sekali pabrik-pabrik. Coba nanti sore kamu
minta izin kakak kamu untuk melihat-lihat. Siapa tahu ada lowongan pekerjaan
disana.” Ucap Ibu Dewi dengan mantap.
Lusi
merasa senang karena dia punya teman, walaupun ibu tua pemilik kontrakan.
Setelah
sekian lama Lusi menunggu, akhirnya Gio pulang. Malamnya Lusi mengajak Gio
untuk melihat-lihat lowongan pekerjaan di komplek seberang. Lusi mendapati beberapa
pabrik dan industri lainnya yang banyak sekali jumlahnya. Lusipun kumat penyakit
kagumnya.
“Waw…
Akhirnya aku bisa melihat tempat-tempat produksi barang yang selama ini aku
konsumsi dan tempat-tempat yang selama ini aku lihat di teve. Hooh…” Batin Lusi,
takut bertanya-tanya lagi kepada kakaknya disaat berkendara.
Ada
beberapa pabrik yang membuka lowongan pekerjaan. Lusi tidak peduli apakah dia
diterima atau tidak. Dia yakin bahwa orang sukses itu tidak boleh menyerah.
Setelah mengirimkan lamaran, dengan penuh harapan Lusi menunggu hasilnya. Selang
beberapa hari, tidak jua Lusi dipanggil. Lusipun sedih dan di dalam benaknya,
dia tidak ingin merepotkan kakaknya. Lusipun membuka buku tabungannya, ternyata dia
memiliki beberapa uang yang cukup untuk membeli motor bekas. “Nah, kalau aku
punya motor sendiri, aku kan tidak merepotkan kakak lagi. Hee…” Gumam Lusi.
Lusi
bersurfing ria untuk mencari motor bekas yang dijual di toko-toko online. Saat
itu Lusi tertarik dengan tawaran motor bekas yang bagus dan murah dengan alasan
pemiliknya butuh uang. Segera Lusi menghubungi nomor handphone yang dicantumkan.
“Halo,
bolehkah saya melihat motor yang bapak tawarkan? Siapa tahu saya minat. Tapi
posisinya saya tidak ada teman untuk kesana.” Ucap Lusi.
“Oh,
neng posisinya dimana, nanti saya yang ke tempat neng.” Jawab bapak penjual
motor bekas itu”.
“Oh
ya… oke…” Jawab Lusi.
Akhirnya
Lusi memberikan alamat lengkap kontrakan kakaknya. Esoknya bapak tersebut
datang dengan membawa motor. Sebelumnya Lusi sudah browsing di mbah google (yaitu sebutan orang-orang yang hendak
mencari solusi lewat internet). Tanpa pengalaman sedikitpun masalah motor, Lusi
dengan pede-nya mencocokkan keadaan motor lewat tips aman membeli motor bekas
dari mbah google sendirian. Menurut Lusi motornya oke, tapi harganya mahal
dimana uang Lusi bisa ludes tak tersisa jika dipaksa untuk membelinya. Saat itu
Lusi merasa dilema dan galau tingkat super.
“Huft…
Andai kakak sudah pulang, aku kan bisa minta pendapat kakak.” Eluh Lusi dalam
hati.
Tampaknya
bapak tersebut tidak sabar menunggu Lusi. “Bagaimana neng, saya sudah jauh-jauh
kesini, katanya neng benar-benar membutuhkan”.
“Maaf
pak, sebentar lagi kakak saya pulang, ini baru saya telepon.” Jawab Lusi.
Akhirnya
Gio datang dan segera melihat kondisi motor atas permintaan adiknya. “Motornya
oke pak, tapi apakah harganya tidak bisa turun? Kalau mau… xxx deh?” Pinta Gio.
“Tidak
bisa bang, itu sudah harga termurah dari saya.” Jawab bapak penjual.
Gio
berunding dengan Lusi, “kamu bener-bener ingin motor itu? Kamu sudah
mempertimbangkan masalah ke depannya? Masih adakah sisa tabungan? Bagaimana
untuk urusan pajaknya tahun depan karena itu pemilik atas nama orang lain. Coba
kamu pikir dulu masak-masak. Kalo kamu iya, ya beli saja, tapi kakak tidak ikut-ikutan.”
“Lho,
kakak kok gitu?” Teriak Lusi.
Beberapa
menit setelah itu, dengan bijak Lusi mengambil keputusan. Lusi memberikan
amplop berisi uang untuk bapak tadi sebagai ganti kekecewaannya. “Pak, saya
mohon maaf sekali belum bisa membeli motor bapak. Uang saya kurang untuk
membelinya. Ini ada beberapa untuk bapak.” Ucap Lusi sambil menyodorkan amplop
tersebut. “Iya saya terima, lain kali kalau tidak punya uang jangan sok-sokan.”
Ucap bapak itu. Lusi manyun dan segera menutup pintunya.
“Nah,
itu akibatnya sok pinter ngambil keputusan sendiri. Untung saja tidak jadi.
Kamu itu hampir ketipu, dia itu kan makelar motor. Makanya jangan gampang
percaya sama orang apalagi online-online gitu. Sudah banyak dek buktinya. Sudah
dapat marah, eh uang melayang lagi. Hmmm…” Sergap Gio.
“Iya
kak, semoga aku bisa menjadikannya pembelajaran.” Jawab Lusi.
Tiga
minggu sudah Lusi tidak segera mendapat panggilan. Diapun berjanji dalam hati,
kalau sampai 1 bulan tidak ada perubahan, terpaksa dia harus balik ke kampung
halaman. Semakin hari uang tabungannya semakin terkuras. Biaya hidup di Jakarta
itu mahal sekali, apalagi jika tidak bekerja.
Saat
itu Lusi sedang termenung dan teringat akan pesan dari seorang wakil rakyat.
“Bolehlah ke kota, tapi harus memiliki keterampilan”. Lusipun sedih, dia
menyadari bahwa dia tidak punya keterampilan, apalagi dia hanya seorang
perempuan. Setiap malam dia selalu meminta kepada Tuhan.
“Ya
Allah, kabulkanlah ketiga permintaan hamba-Mu ini, yang pertama aku ingin punya
motor, yang kedua mendapat pekerjaan, dan yang ketiga aku ingin punya tempat
tinggal. Ku mohon sekali pada-Mu Ya Rabb.” Doa Lusi dengan khidmat.
Saat
itu Lusi juga sudah berusaha mencari kontrakan, dia berencana untuk membuka
tempat belajar di kontrakan tanpa harus mengganggu kakaknya. Tapi sialnya,
semua kontrakan saat itu penuh. Genap 1 bulan akhirnya Lusi pulang menepati
janjinya.
Tiba
di kampung halaman, Lusi menceritakan semua kepada keluarganya. Orang tua Lusi sudah
tua, tidak mungkin bisa membiayai Lusi apalagi kuliah, kecuali jika hanya
sekedar makan. Mengenai 3 keinginan Lusi itu, kakak perempuan Lusi yang sudah
menikahpun berceloteh. “Buy one get all”.
“Apa
maksudnya mbak?” Tanya Lusi.
“Me-ni-kah.
Jika kamu menikah, secara otomatis kamu dapat motor, dapat tempat tinggal, dan
dapat pekerjaan juga kan? Hehe…” Jawab mbaknya.
Malam
harinya, Lusi masih termenung akan nasib masa depannya. Dia masih teringat akan
pendapat dari mbaknya itu, terngiang-ngiang terus di kepalanya.
“Iya
ya… Bener juga tuh kata mbak. Berarti aku harus mencari cowok yang mau menikah
denganku.” Ucap Lusi dalam hati.
Esoknya
Lusi menghubungi teman-teman lamanya, mantan-mantannya dan bergabung di media
sosial khususnya di kontak mencari jodoh. Setelah itu, banyak sekali yang menghubungi
Lusi bahkan beberapa diantaranya berdatangan ke rumah Lusi. Tapi tidak satupun
diantara mereka yang mengena di hati Lusi.
“Ucch… Aku carinya yang kaya, mapan, tampan, baik.
Mereka semua di bawah kakak Gio. Malu dong sama keluarga. Huft…” Jerit Lusi
dalam hati.
Beberapa
minggu setelah itu adalah hari istimewa Lusi, dimana dia genap berumur 18 tahun.
Pagi-pagi ketika Lusi membuka pintu
kamarnya, dia terperanjat kaget melihat kardus besar yang dibalut dengan kertas
kado bertuliskan. Selamat ulang tahun
Lusi. Lusipun tidak sabar untuk
melihatnya. Setelah dibuka hanya ada 1 lembar kertas bertuliskan :
HBD
dear… Semoga di ultahmu yg ke-18th ini menjadikanmu lebih dewasa dan
mapan. Amin. Saya sudah mendengar dari keluarga atas sikapmu setelah pulang dari
Jakarta. Maafkan kakak yang kurang bisa memberi kenyamanan selama disini. Ada
special gift 4 u di depan rumah. Hati-hati menggunakannya.
By : Gio
Setelah
itu Lusi langsung pergi ke depan rumah dan dia mendapatkan sebuah motor baru
yang begitu elegan berwarna merah hitam menyala edisi keluaran 2015 bertuliskan
Astra Honda Motor. Sungguh senang
hati Lusi. Lusi memegangnya, mengelusnya, dan mencoba menghidupkan mesin. Diapun
juga membuka bagasi motor untuk melihat luasnya. Tetapi Lusi terhenti sejenak
ketika melihat secarik kertas yang dia temukan di dalam bagasi motornya. Lusi mengambilnya dan membacanya dengan penuh
khidmat.
Gimana dek, senang tidak dengan
motor barunya. Ini sudah keinginan kakak dan orang tua dari dulu untuk
membelikan adik motor baru. Agar adik bahagia dan tidak manja lagi. Ingat dek,,
kamu masih muda. Buatlah tabunganmu untuk kuliah. Insya Allah jika kakak ada
rizki, kakak akan bantu. Jodoh itu cerminan diri kita. Jika kita ingin jodoh
kita baik, tampan, mapan, berpendidikan. Kita harus bisa seperti itu, Insya
Allah jodoh akan datang dengan sendirinya.
Oh ya… Kakak masih ingat akan
kecelakaan waktu dulu. Terimakasih atas motto SAFETY FIRST 3K dari adik. Kakak selalu mengingatnya dan alhamdulilah motto adik
dipakai oleh teman2 kakak juga. Sekarang kamu tidak hanya berteori,
tetapi kamu juga harus bisa mempraktikkannya kemanapun kamu pergi berkendara.
Yuk kita baca sama-sama:
SAFETY
FIRST 3K
1. Kesehatan
Yaitu kesehatan badan pengendara
(pemanasan dan berdoa)
Juga kesehatan motor (pemanasan,
cek ban, rem, lampu, dll)
2. Kelengkapan
Yaitu kelengkapan atribut
pengendara (helm, sepatu, sarung tangan, dll)
Juga kelengkapan motor (sim,
stnk, dll)
3. Konsentrasi
Yaitu konsentrasi pengendara saat
mengemudi termasuk menaati rambu-rambu lalu lintas.
Thank you adikku, sayangilah
nyawa kita. Kecelakaan itu mungkin takdir, tetapi kita bisa meminimalisir
dengan taat peraturan.
By : Gio
Betapa terharunya Lusi setelah
membaca surat itu. Dia berjanji untuk menepati pesan-pesan dari kakaknya
termasuk akan menyebarkan SAFETY FIRST 3K untuk semua pengendara.