Spongebob kOCAK

Spongebob kOCAK
life have to smart

Sabtu, 31 Oktober 2015

SAFETY FIRST 3K


Blog ini dibuat dalam rangka mengikuti kompetisi menulis cerpen 
"Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan".
#Safety-First diselenggarakan oleh Yayasan Astra Honda Motor dan nulisbuku.com

SAFETY FIRST 3K

Ketika lepas idul fitri, semua manusia kembali kepada rutinitasnya, yang mudik kembali balik, yang galau menjadi super galau. “Lho, kok bisa?” Iya, itu bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan alias pengangguran. Ketika itu, Lusi yang baru lulus SMA merasa bahwa dia membutuhkan pekerjaan. Pas kebetulan kakaknya yang bernama Gio bekerja di Jakarta mau balik bekerja. Lusi memohon sekali kepada ortunya untuk direstui pergi bersama kakaknya. Akhirnya Lusi diijinkan, mereka berdua pergi boncengan sepeda motor dari Jogja ke Jakarta.
Berlagak seperti pembalap, Lusi yang setia dengan hijabnya mengenakan atribut lengkap. Helm, sarung tangan, masker, kacamata, kaos kaki, jaket dan celana tebal. Lengkap sudah tiada yang kelihatan dari tubuhnya sedikitpun.
“Ya ampun Lusi, nanti kamu tidak bisa bernafas nak.” Sergap ibunya.
“Bisa lah bu, ini itu agar aku sebagai pembonceng aman. Kalau misal ada apa-apa di jalan, kan pakaian tebalku ini cukup melindungi.” Jawab Lusi.
“Hus… Kamu itu bicara yang baik! Ibu selalu berdoa agar kamu selamat di jalan dan kamu juga harus hati-hati, hampir setiap hari terjadi kecelakaan, kamu dengar sendiri kan di berita-berita. Ibu tidak mau hal itu terjadi terhadap anak-anak kesayangan ibu.” Pinta ibunya khawatir.
“Siap ibu sayang, aku sudah menyiapkan tips tertib, aman, dan selamat bersepeda motor yaitu SAFETY FIRST 3K.” Jawab Lusi.
Dengan penuh rasa percaya diri Lusi menghampiri kakaknya. “Lho, kakak kok santai banget, Jogja Jakarta itu jauh, ingat! SAFETY FIRST 3K.”      
“Dari tadi ngomong itu terus, memang apa?” Tanya Gio.
“Kesehatan, Keselamatan, dan Konsentrasi berkendara.” Jawab Lusi mantap. Lusi menjelaskan panjang lebar kepada kakaknya, tetapi hal ini diremehkan oleh Gio.
“Kamu itu rempong, aku biasa seperti ini, bolak balik Jogja Jakarta juga aman-aman saja. Yang penting itu surat-suratku lengkap, sim, stnk, dan helm. Itu kan yang dicari polisi ketika razia.” Jawab Gio.
“Itu syarat selamat dari razia kak, tapi tidak syarat selamat dari bahaya di jalan”. “Halah kamu pake gitu juga niatnya biar ga item, iya kan?”. “Hee,,, iya itu salah satunya.” Jawab Lusi nyengir.

Akhirnya Lusi sampai di kota Jakarta. Dia kagum sekali melihat keindahan, kemewahan, dan keramaian di kota. “Inikah Jakarta kak? Waw… It’s magic… Keren!!! Itu apa kak?? Itu…? itu…?” Tanya Lusi bertubi-tubi kepada Gio.
Gio merasa jengkel dan timbul emosi dalam dirinya. Seketika itu juga, dia hampir menabrak truk di depannya. Untungnya, Gio dengan gesit mengerem motor hingga motor oleng dan mereka berdua terjatuh, terseret, dan tertimpa motor. Lusi terbaring di tengah jalan, mengaduh mencoba mencari perhatian orang agar dibangunkan layaknya gadis manja. Dia melihat kondisi jalan yang ramai, beberapa kendaraan terhenti olehnya. Tapi tidak ada satupun orang yang menolongnya.
“Begini ya sifat orang kota… EGOIS.” Jerit Lusi dalam hati. “Owh kakak?” Lusi baru teringat kakaknya”.  Akhirnya Lusi terbangun dengan mudahnya karena dia tidak tertimpa motor. Dia melihat kakaknya merintih kesakitan, hendak bangun tapi susah karena tertimpa motor. Kemudian Lusi berdiri mencoba untuk membangunkan kakaknya. Lusi mendirikan motor dan mengajak kakaknya untuk beristirahat dulu di pinggir jalan. Dengan cepat Lusi menuntun motornya ke pinggir jalan.
Lusi hanya licet sedikit di bagian tempurung kaki kanan. Tapi kakaknya licet di bagian seluruh kaki di bawah tempurungnya hingga mata kaki. Tergores memar tak karuan. Lusipun ngiris melihatnya. Bagaimanapun juga itu adalah kakaknya. Segera Lusi mengambil minum, memberikannya kepada kakaknya dan mengambil kain untuk mengikatkannya di kaki kakaknya.
Thank you Lusi.” Ucap Gio.
You are welcome kak, kita istirahat di sini dulu, nanti biar aku yang depan, kan kata kakak tinggal beberapa meter saja sudah sampai di kontrakan. Kakak sih, kalau misalkan pakai celana panjang kan tidak separah ini. Untung saja celanaku tebal, jadi cuma luka sedikit. Kakak sih meremehkan motto SAFETY FIRST 3K.”
“Kakak itu sebel sama adik yang banyak tanya, seharusnya adik harus tahu kalau kakak sedang menguasai motor, apalagi jalan ramai seperti ini. Berarti adik juga melanggar motto    SAFETY FIRST 3K” Ucap Gio.  
“Yach, berarti pembonceng juga harus pengertian ya? Maafkan aku kak, ini pertama kali aku ke Jakarta, maklumlah kalau aku tersepona.” Eluh Lusi manja.
“Terpesona.” Ucap Gio membenarkan.
“Hehe… Iya… Terpesona.  Ak janji lain kali tidak mengajak ngobrol kakak lagi di jalan saat kakak berkendara.” Jawab Lusi.
“Nah itu baru adik kakak yang pinter.” Ucap Gio sambil mengelus kepala Lusi.

Dua hari berlalu, kondisi mereka lumayan baik. Gio kembali bekerja. Sebelum berangkat dia pamitan kepada adiknya. “Sementara ini kamu di kontrakan dulu, jangan kemana-mana sebelum kakak pulang. Ingat, Jakarta itu kota besar!”
“Iya kak…” Jawab Lusi pelan.

Hari-haripun berlalu, tetapi Lusi tidak sedikitpun bisa melihat keramaian Jakarta. Dia hanya berdiam di kontrakan, makan, tidur, makan, tidur hingga diapun penat dengan harinya. “Huft… Hidup di kota seperti di penjara. Nasib-nasib… Tidak ada teman… Tidak ada kendaraan. Aku boriiiiiiing.” Teriak Lusi sampai terdengar oleh pemilik kontrakan.
“Tok… tok… tok…” Lusipun membuka pintu. “Eh Bu Dewi, ada apa bu?”
“Kamu tidak kenapa-kenapa?” Tanya Ibu Dewi.
“Tidak bu, saya tidak apa-apa. Cuma…”
“Cuma apa?” potong Ibu Dewi.
“Cuma bete di sini, saya tidak bisa kemana-mana.” Jawab Lusi.
Akhirnya Lusi cerita apa yang terjadi kepada Ibu Dewi. Tampaknya Ibu Dewi baik hati mau mendengar curahan hati Lusi.
“Begini neng, di komplek seberang banyak sekali pabrik-pabrik. Coba nanti sore kamu minta izin kakak kamu untuk melihat-lihat. Siapa tahu ada lowongan pekerjaan disana.” Ucap Ibu Dewi dengan mantap.
Lusi merasa senang karena dia punya teman, walaupun ibu tua pemilik kontrakan.
Setelah sekian lama Lusi menunggu, akhirnya Gio pulang. Malamnya Lusi mengajak Gio untuk melihat-lihat lowongan pekerjaan di komplek seberang. Lusi mendapati beberapa pabrik dan industri lainnya yang banyak sekali jumlahnya. Lusipun kumat penyakit kagumnya.
“Waw… Akhirnya aku bisa melihat tempat-tempat produksi barang yang selama ini aku konsumsi dan tempat-tempat yang selama ini aku lihat di teve. Hooh…” Batin Lusi, takut bertanya-tanya lagi kepada kakaknya disaat berkendara.
Ada beberapa pabrik yang membuka lowongan pekerjaan. Lusi tidak peduli apakah dia diterima atau tidak. Dia yakin bahwa orang sukses itu tidak boleh menyerah. Setelah mengirimkan lamaran, dengan penuh harapan Lusi menunggu hasilnya. Selang beberapa hari, tidak jua Lusi dipanggil. Lusipun sedih dan di dalam benaknya, dia tidak ingin merepotkan kakaknya. Lusipun  membuka buku tabungannya, ternyata dia memiliki beberapa uang yang cukup untuk membeli motor bekas. “Nah, kalau aku punya motor sendiri, aku kan tidak merepotkan kakak lagi. Hee…”      Gumam Lusi.    
Lusi bersurfing ria untuk mencari motor bekas yang dijual di toko-toko online. Saat itu Lusi tertarik dengan tawaran motor bekas yang bagus dan murah dengan alasan pemiliknya butuh uang. Segera Lusi menghubungi nomor handphone yang dicantumkan.
“Halo, bolehkah saya melihat motor yang bapak tawarkan? Siapa tahu saya minat. Tapi posisinya saya tidak ada teman untuk kesana.” Ucap Lusi.
“Oh, neng posisinya dimana, nanti saya yang ke tempat neng.” Jawab bapak penjual motor bekas itu”.
“Oh ya… oke…” Jawab Lusi.

Akhirnya Lusi memberikan alamat lengkap kontrakan kakaknya. Esoknya bapak tersebut datang dengan membawa motor. Sebelumnya Lusi sudah browsing di mbah google (yaitu sebutan orang-orang yang hendak mencari solusi lewat internet). Tanpa pengalaman sedikitpun masalah motor, Lusi dengan pede-nya mencocokkan keadaan motor lewat tips aman membeli motor bekas dari mbah google sendirian. Menurut Lusi motornya oke, tapi harganya mahal dimana uang Lusi bisa ludes tak tersisa jika dipaksa untuk membelinya. Saat itu Lusi merasa dilema dan galau tingkat super.
“Huft… Andai kakak sudah pulang, aku kan bisa minta pendapat kakak.” Eluh Lusi dalam hati.
Tampaknya bapak tersebut tidak sabar menunggu Lusi. “Bagaimana neng, saya sudah jauh-jauh kesini, katanya neng benar-benar membutuhkan”.
“Maaf pak, sebentar lagi kakak saya pulang, ini baru saya telepon.” Jawab Lusi.
Akhirnya Gio datang dan segera melihat kondisi motor atas permintaan adiknya. “Motornya oke pak, tapi apakah harganya tidak bisa turun? Kalau mau… xxx deh?” Pinta Gio.
“Tidak bisa bang, itu sudah harga termurah dari saya.” Jawab bapak penjual.
Gio berunding dengan Lusi, “kamu bener-bener ingin motor itu? Kamu sudah mempertimbangkan masalah ke depannya? Masih adakah sisa tabungan? Bagaimana untuk urusan pajaknya tahun depan karena itu pemilik atas nama orang lain. Coba kamu pikir dulu masak-masak. Kalo kamu iya, ya beli saja, tapi kakak tidak ikut-ikutan.”    
“Lho, kakak kok gitu?” Teriak Lusi.
Beberapa menit setelah itu, dengan bijak Lusi mengambil keputusan. Lusi memberikan amplop berisi uang untuk bapak tadi sebagai ganti kekecewaannya. “Pak, saya mohon maaf sekali belum bisa membeli motor bapak. Uang saya kurang untuk membelinya. Ini ada beberapa untuk bapak.” Ucap Lusi sambil menyodorkan amplop tersebut. “Iya saya terima, lain kali kalau tidak punya uang jangan sok-sokan.” Ucap bapak itu. Lusi manyun dan segera menutup pintunya.
“Nah, itu akibatnya sok pinter ngambil keputusan sendiri. Untung saja tidak jadi. Kamu itu hampir ketipu, dia itu kan makelar motor. Makanya jangan gampang percaya sama orang apalagi online-online gitu. Sudah banyak dek buktinya. Sudah dapat marah, eh uang melayang lagi. Hmmm…” Sergap Gio.
“Iya kak, semoga aku bisa menjadikannya pembelajaran.” Jawab Lusi.

Tiga minggu sudah Lusi tidak segera mendapat panggilan. Diapun berjanji dalam hati, kalau sampai 1 bulan tidak ada perubahan, terpaksa dia harus balik ke kampung halaman. Semakin hari uang tabungannya semakin terkuras. Biaya hidup di Jakarta itu mahal sekali, apalagi jika tidak bekerja.

Saat itu Lusi sedang termenung dan teringat akan pesan dari seorang wakil rakyat. “Bolehlah ke kota, tapi harus memiliki keterampilan”. Lusipun sedih, dia menyadari bahwa dia tidak punya keterampilan, apalagi dia hanya seorang perempuan. Setiap malam dia selalu meminta kepada Tuhan.
“Ya Allah, kabulkanlah ketiga permintaan hamba-Mu ini, yang pertama aku ingin punya motor, yang kedua mendapat pekerjaan, dan yang ketiga aku ingin punya tempat tinggal. Ku mohon sekali pada-Mu Ya Rabb.” Doa Lusi dengan khidmat.
Saat itu Lusi juga sudah berusaha mencari kontrakan, dia berencana untuk membuka tempat belajar di kontrakan tanpa harus mengganggu kakaknya. Tapi sialnya, semua kontrakan saat itu penuh. Genap 1 bulan akhirnya Lusi pulang menepati janjinya.

Tiba di kampung halaman, Lusi menceritakan semua kepada keluarganya. Orang tua Lusi sudah tua, tidak mungkin bisa membiayai Lusi apalagi kuliah, kecuali jika hanya sekedar makan. Mengenai 3 keinginan Lusi itu, kakak perempuan Lusi yang sudah menikahpun berceloteh. “Buy one get all”.
“Apa maksudnya mbak?” Tanya Lusi.        
“Me-ni-kah. Jika kamu menikah, secara otomatis kamu dapat motor, dapat tempat tinggal, dan dapat pekerjaan juga kan? Hehe…” Jawab mbaknya.

Malam harinya, Lusi masih termenung akan nasib masa depannya. Dia masih teringat akan pendapat dari mbaknya itu, terngiang-ngiang terus di kepalanya.
“Iya ya… Bener juga tuh kata mbak. Berarti aku harus mencari cowok yang mau menikah denganku.” Ucap Lusi dalam hati.
Esoknya Lusi menghubungi teman-teman lamanya, mantan-mantannya dan bergabung di media sosial khususnya di kontak mencari jodoh. Setelah itu, banyak sekali yang menghubungi Lusi bahkan beberapa diantaranya berdatangan ke rumah Lusi. Tapi tidak satupun diantara mereka yang mengena di hati Lusi.
“Ucch…  Aku carinya yang kaya, mapan, tampan, baik. Mereka semua di bawah kakak Gio. Malu dong sama keluarga. Huft…” Jerit Lusi dalam hati.

Beberapa minggu setelah itu adalah hari istimewa Lusi, dimana dia genap berumur 18 tahun.  Pagi-pagi ketika Lusi membuka pintu kamarnya, dia terperanjat kaget melihat kardus besar yang dibalut dengan kertas kado bertuliskan. Selamat ulang tahun Lusi.  Lusipun tidak sabar untuk melihatnya. Setelah dibuka hanya ada 1 lembar kertas bertuliskan :
HBD dear… Semoga di ultahmu yg ke-18th ini menjadikanmu lebih dewasa dan mapan. Amin. Saya sudah mendengar dari keluarga atas sikapmu setelah pulang dari Jakarta. Maafkan kakak yang kurang bisa memberi kenyamanan selama disini. Ada special gift 4 u di depan rumah. Hati-hati menggunakannya.
By : Gio

Setelah itu Lusi langsung pergi ke depan rumah dan dia mendapatkan sebuah motor baru yang begitu elegan berwarna merah hitam menyala edisi keluaran 2015 bertuliskan Astra Honda Motor. Sungguh senang hati Lusi. Lusi memegangnya, mengelusnya, dan mencoba menghidupkan mesin. Diapun juga membuka bagasi motor untuk melihat luasnya. Tetapi Lusi terhenti sejenak ketika melihat secarik kertas yang dia temukan di dalam bagasi motornya.  Lusi mengambilnya dan membacanya dengan penuh khidmat.

Gimana dek, senang tidak dengan motor barunya. Ini sudah keinginan kakak dan orang tua dari dulu untuk membelikan adik motor baru. Agar adik bahagia dan tidak manja lagi. Ingat dek,, kamu masih muda. Buatlah tabunganmu untuk kuliah. Insya Allah jika kakak ada rizki, kakak akan bantu. Jodoh itu cerminan diri kita. Jika kita ingin jodoh kita baik, tampan, mapan, berpendidikan. Kita harus bisa seperti itu, Insya Allah jodoh akan datang dengan sendirinya.
Oh ya… Kakak masih ingat akan kecelakaan waktu dulu. Terimakasih atas motto SAFETY FIRST 3K dari adik. Kakak selalu mengingatnya dan alhamdulilah motto adik dipakai oleh teman2 kakak juga. Sekarang kamu tidak hanya berteori, tetapi kamu juga harus bisa mempraktikkannya kemanapun kamu pergi berkendara. Yuk kita baca sama-sama:

SAFETY FIRST 3K
1.    Kesehatan
Yaitu kesehatan badan pengendara (pemanasan dan berdoa)
Juga kesehatan motor (pemanasan, cek ban, rem, lampu, dll)
2.    Kelengkapan
Yaitu kelengkapan atribut pengendara (helm, sepatu, sarung tangan, dll)
Juga kelengkapan motor (sim, stnk, dll)
3.    Konsentrasi
Yaitu konsentrasi pengendara saat mengemudi termasuk menaati rambu-rambu lalu lintas.

Thank you adikku, sayangilah nyawa kita. Kecelakaan itu mungkin takdir, tetapi kita bisa meminimalisir dengan taat peraturan.

By : Gio


            Betapa terharunya Lusi setelah membaca surat itu. Dia berjanji untuk menepati pesan-pesan dari kakaknya termasuk akan menyebarkan SAFETY FIRST 3K untuk semua pengendara.

Senin, 26 Oktober 2015

Arti INSYA ALLAH

Bahwa hr ni Jumat, 4 Sept 2015, ak baru menyadari akan kata Insya Allah. Artinya adalah jika Allah menghendaki. Ada beberapa ulama yang menerangkan bahwa kita jangan menggunakan istilah insya Allah untuk permainan. Insya Allah kita ucapkan jika memang ke arah iya, tapi orang awam selalu menganggap kata insya Allah itu artinya orang itu tidak bersungguh –sungguh.
Insya Alah diucapkan sebagai janji atau nadzar. Orang awam yang mendengar kata Insya Allah atau menyebut kata Insya Allah selalu mengartikannya dengan keragu—raguan.
Padahal itu tidak , orang Islam wajib mengutarakan kata Insya Allah d setiap janji. Janji yang benar-benar akan ditepati (tanpa keraguan).
Dan aku masuk dalam kriteria org yg tdk jelas. Maka dari itu aku selalu menghindari kata Insya Allah. Karena setiap kata insya Allah yang aku ucapkan selalu menjadi tidak jadi atau tidak aku tepati.

Dan sekarang aku baru menyadari bahwa Insya Allah harus dan wajib hukumnya untuk diucapkan. Jika tidak, kita bisa berdosa jika tidak menepatinya. Bagaimana kalau kita janji dan tidak menepati? Apakah kita akan berdosa dan berhutang? Bagaimana cara kita menebusnya? Padahal janji adalah hutang.